Selasa, 16 Agustus 2011

16 Agustus 2002

Terik matahari pada siang itu yang membuatku lebih senang istirahat dikamarku sambil menonton.
Siang yang aku jalani sendiri dirumah karena papa menengok Ongah Ina yang sedang terbaring koma di RS Bukittinggi sedangkan mama tetap menjalani tugasnya sebagai guru.
Entah kenapa siang itu aku tidak merasakan hal-hal yang aneh pada hari itu.
Tetapi apa yang kurasakan saat aku menerima telepon dari papa bagaikan petir disiang hari bolong?
Aku menerima kabar bahwa Ongah Ina meninggal dunia T_T
"Inna Lillahi wa Inna Lillaihi Roji'un"
Saat kudengar kabar itu aku hanya terdiam selain membaca kata diatas.
Papa hanya berkata, "Sabar yaa nak, itu yang terbaik buat Ongah Ina"
Yaa aku sadari seperti itu tetapi aku hanyalah anak 11 tahun yang merasakan kehilangan sosok yang aku kagumi dari keluarga papa.
Sosok yang membuatku benar-benar kehilangan Ongah Ina.
Sosok yang selalu ceria dimataku walau kehidupannya menurutku tidak seceria yang dilihat tetapi baginya keceriaan yang Ongah dapatkan adalah saat Ia bisa melihat dan berbagi kebahagiaan keponakan-keponakannya yang bisa Ia banggakan.
Saat kututup telepon papa, aku langsung menuju kamar hanya untuk berguling-guling dan menangis tanpa henti sebelum dihentikan oleh mamaku yang baru pulang kerja.
Begitu besar rasa kehilanganku pada sosok Ongah Ina ini.

Semalam sebelum aku kembali ke Depok, Ongah Ina sempatkan menemui aku dirumah amak untuk mengajakku makan bakso Ateng padahal Ongah Ina baru datang dari Jakarta siang itu.
Keesokan harinya masih sempatnya Ongah Ina melepas kepergianku ke Depok di Pul Bus Gumarang Jaya.
Aku lupa apa yang dikatakan terakhir kali saat itu T_T
Bayangkan sehari sebelum Ongah Ina jatuh sakit Ia masih ingat dengan ulang tahunku yang ke-11.
Beliau berpesan padaku "Dik, tambah rajin ya sekolahnya. Bikin Ongah bangga yaa"
Aku lantas menjawab, "Iya Ngah, Diki usahakan selalu ranking1 Ngah"
Saat kumenangisi sosoknya aku ingat ini semua.
Banyak sekali yang aku ingat dari sosok Ongah Ina.

Aku masih ingat bagaimana Ia memandikanku sambil bernyanyi.
Indah sekali suaranya :)
Aku masih ingat bagaimana Ia membuatku semakin rajin dengan penghargaannya walau menurutnya itu hanyalah untuk membuatku jadi lebih pandai.
Aku masih ingat saat Ia mengajakku dan Uda Yendri jalan2 ke Blok A untuk menginap dikontrakannya, bermain Bom-Bom Car serta makan2 disana.
Aku masih ingat saat Ia memarahiku jika aku bertengkar sama Uda Yendri.
Aku masih ingat saat Ia menemaniku tidur saat papa dan mama pulang larut malam.
Aku masih ingat saat Ia membacakan aku buku cerita sebelum tidur agar aku bisa bermimpi indah seperti apa yang Ia ceritakan.
Aku masih ingat saat Ia selalu bernyanyi diacara ulang tahunku.
Aku masih ingat saat Ia selalu mencium pipiku bila datang berkunjung kerumahku.
Tentu aku balas cium pipinya dan aku belajar selalu mencium pipi saudaraku.
Ia mengajarkan bagaimana kita bersaudara.
Aku masih ingat saat Ia meminum kopi kebiasaannya di pagi hari.
Aku masih ingat saat Ia selalu membuatkan kami sop telur puyuh andalannya buat keluarga kami.
Sangat banyak yang aku ingat tentang sosoknya.

Aku hanya bisa bersedih Ia telah tiada saat aku khitan padahal rencananya Ia akan menghiburku dengan menyanyi hanya untukku.
Papa telah membuat pesta khitan yang menurutku besar tetapi tanpa kehadiran sosok Ongah Ina yang berjanji tampil di acaraku.
Aku hanya bisa menangis bila mengingat dirimu Ngah.
Banyak yang tidak bisa aku tunjukkan padamu setelah Ongah meninggal.
Bagaimana perasaan Ongah saat aku bisa 3 besar di SMP Unggulan di Depok?
Bagaimana perasaan Ongah saat aku bisa juara umum di SMA 38 tempat mama mengajar?
Bagaimana perasaan Ongah saat aku bisa masuk Matematika UI?
Aku sebenarnya berharap Ongah akan hadir diacara wisudaku nanti selain Papa, Mama, Uda Fajar, Uda Yendri, Amak dan Uwa
Aku juga berharap Ongah hadir di acara pernikahanku nanti.
Aku juga berharap Ongah bisa melihat dan menggendong anak dari pernikahanku itu.
Harapan itu hanyalah impian tak berujung.
Tapi bagiku Ongah bisa melihat apa yang aku kerjakan selama ini.
Diki hanya ingin Ongah bangga dan bahagia melihat Diki sukses dunia akhirat selain keluargaku sendiri.

9 tahun sudah Ongah telah meninggalkan kami.
9 tahun sudah kami kehilangan keceriaan anggota keluarga yang selalu membuat keceriaan dalam keluarga ini.
9 tahun sudah aku kehilangan Ongah Ina yang aku anggap guru, orang tua dan babysitter aku.

Ongah Ina tetaplah dihati kami.
Semoga Ongah tenang di alam sana.
Semoga kami bisa bertemu Ongah di Surga-Nya yang indah :)
Amin :D
Maafkan Diki bila Diki selalu menangis bila mengingatmu Ngah,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar